Desa Mendika Gelar Rembuk Stunting 2025 untuk Perbaikan Gizi dan Kesehatan Masyarakat Desa Mendika, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat – Pada tanggal 5 Juni 2025, Pemerintah Desa Mendika menyelenggarakan Rembuk Stunting tahun 2025. Acara ini merupakan forum musyawarah antar pemangku kepentingan di tingkat desa untuk membahas dan menyepakati langkah-langkah konkret dalam pencegahan dan penanggulangan stunting. Rembuk Stunting menjadi agenda penting dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya anak-anak. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Kepala Desa Mendika, perwakilan dari Puskesmas Damai, kader Posyandu, bidan desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan perwakilan dari lembaga masyarakat desa. Kehadiran beragam unsur ini mencerminkan komitmen bersama dalam mengatasi permasalahan stunting di Desa Mendika. Dalam rembuk stunting tersebut, dibahas beberapa hal penting terkait upaya pencegahan dan penanggulangan stunting. Data prevalensi stunting di Desa Mendika dipaparkan dan dianalisis secara komprehensif. Diskusi yang terjadi mencakup identifikasi faktor-faktor penyebab stunting, pemetaan wilayah rawan stunting, serta pengembangan strategi intervensi yang tepat sasaran. Selain itu, Rembuk Stunting juga menjadi wadah untuk mensosialisasikan program-program pemerintah yang berkaitan dengan peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. Program-program tersebut antara lain pemberian makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil, penyuluhan kesehatan dan gizi, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil dari Rembuk Stunting ini adalah kesepakatan bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan intervensi yang terintegrasi dan berkelanjutan. Keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan, mulai dari tingkat desa hingga individu, diharapkan dapat mempercepat penurunan angka stunting di Desa Mendika. Target utamanya adalah mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas. Dengan demikian, Desa Mendika dapat berkontribusi pada pencapaian target nasional penurunan prevalensi stunting. Penulis: hogen